Senin, 03 Januari 2011

MAKALAH


TEORI-TEORI KONSELING DALAM ISLAM
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
“Bimbingan Konseling”













Disusun Oleh:
SUMARNI
NIM: 210 508 029




Kelas: TA.b


Dosen Pengampu:
UMI ROHMAH



JURUSAN TARBIYAH PRODI BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO
2010/20




DAFTAR ISI

Daftar isi.............................................................................................................................. i
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Definisi Teori-teori Konseling Dalam Islam ........................................................ 2
B. Tujuan Bimbingan Dan Konseling ........................................................................ 5
C. Proses Konseling .................................................................................................... 8

PENUTUP .......................................................................................................................... 11











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan Yang Maha Pemurah memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wujud ketaqwaan manusia pada Tuhan hendaklah seimbang dan lengkap, mencakup hubungan manusia dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan manusia dan dunianya.
Dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah yang demikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu maka akan tercapailah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton.
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.Dengan demikian maka pemakalah membuat sebuah judul “Teori-Teori Konseling Dalam Islam”
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana definisi teori - teori konseling dalam islam?
b. Apa fungsi dan tujuan bimbingan konseling dalam islam?
c. Bagaimana proses konseling dalam islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teori –Teori Konseling Dalam Islam
Yang dimaksud dengan teori bimbingan dan konseling dalam Islam adalah landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling itu dapat berlangsung baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan wahyu dan paradigma kenabian. Firman Allah SWT:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Berdasarkan ayat diatas, maka disini para ahli mengidentifikasi bahwa ayat tersebut mengandung beberapa teori dalam bimbingan dan konseling. Namun disini Menurut Maryatul Kibtyah (2008), dalam konseling Islami terdapat 3 pokok pendekatan, yaitu bil hikmah, al mauidhoh al hasanah, dan mujaadalah bil ahsan. sementaraMuthahari (1992) menyebutkan dua metode yang pertama sebagai upaya komunikasi melalui peyakinan rasional (bil hikmah) dan pemaparan moral (al mauidhoh) baru kemudian dilakukan upaya perdebatan teologis (mujaadalah). Berikut ini beberapa teori yang ada pada ayat diatas:
1. Teori Al-Hikmah
Kata “Al Hikmah” dalam perspektif bahasa mengandung makna: 1) Mengetahui keunggulan sesuatu melalui suatu pengetahuan, sempurna, bijaksana, dan sesuatu yang tergantung padanya akibat sesuatu yang terpuji, 2) Ucapan yang sesuai dengan kebenaran, filsafat, perkara yang benar dan lurus, keadilan, pengetahuan dan lapang dada, 3) Kata “Al Hikmah” dengan bentuk jamaknya “Al Hikam” bermakna: Kebijaksanaan, ilmu dengan pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, pepatah dan Alqur’an Al Karim.
Teori Al Hikmah adalah sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai ujian hidup secara mandiri. Proses aplikasi pembimbing dan konseling dengan teori ini semata-mata dapat dilakukan oleh seorang pembimbing atau konselor dengan pertolongan Allah secara langsung atau melalui utusanNya, yaitu Allah mengutus malaikatNya, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izinNya.
Sesungguhnya Allah Swt melimpahkan Al Hikmah itu tidak hanya kepada para Nabi dan Rasul, akan tetapi Dia telah limpahkan juga kepada siapa saja yang dikehendakiNya, seperti firmanNya: “Allah menganugerahkan Al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil suatu pelajaran, kecuali orang-orang yang berakal tinggi”. (Qs. Al Baqoroh: 269)
2. Teori Al Mau’izhoh Al Hasanah
Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran atau i’tibar-i’tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliaya-Allah. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepadaNya.
Yang dimaksud dengan Al Mau’izhoh Al Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan RasulNya; yang mana pelajaran itu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya.

3. Teori “Mujadalah” yang baik
Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil suatu keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua atau lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal fikiran, emosional, dan lingkungannya.
Prinsip-prinsip dan khas teori ini adalah sebagai berikut:
a. Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor;
b. Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik;
c. Saling menghormati dan menghargai;
d. Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari kebenaran.
e. Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang;
f. Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus;
g. Tidak menyinggung perasaan klien;
h. Mengemukakan dalil-dalil Alqur’an dan As Sunah dengan tepat dan jelas;
i. Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah sangat murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang ia nasehatkan kepada orang lain. firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Qs. Ash-Shaff: 2-3).
Teori konseling “Al Mujadalah bil Ahsan”, menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan, was-was dan prasangka-prasangka negatif terhadap kebenaran Ilahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya. Seperti adanya dua suara atau pernyataan yang terdapat dalam akal fikiran dan hati sanubari, namun sangat sulit untuk memutuskan mana yang paling mendekati kebenaran dalam paradigma Ilahiyah.
Asas-asas bimbingan dan konseling Islam berlandaskan pada al-Qur’an dan Hadits atau sunnah Nabi, di tambah dengan berbagai landasan filosofis dan landasan keimanan. Berdasarkan landasan-landasan tersebut dijabarkan asas-asas atau prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut :
1) Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat (al-Baqarah, 2 : 201), (ar-Ra’ad, 13 : 26, 28-29), (al-Qashash, 28 : 77)
2) Asas fitrah (ar-Rum, 30 : 30)
3) Asas lillahi ta’ala (al-An’am, 6 : 162), (adz-Dzariyat, 51 : 56), (al-Bayinah, 98 : 5)
4) Asas bimbingan seumur hidup
5) Asas kesatuan jasmaniah–rohaniah (al-Baqarah, 2 : 187)
6) Asas keseimbangan rohaniah (al-A’raf, 7 : 179)
7) Asas Kemaujudan individu (al-Qomar, 54 : 49), (al-Kahfi, 18 : 29)
8) Asas sosialitas manusia (an-Nisa, 4 : 1).

B.Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk membantu individu agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk Allah, sehingga perilakunya tidak keluar dari aturan, ketentuan dan petunjuk Allah. Setiap sesuatu pekerjaan baik itu bersifat sosial maupun non sosial pastilah memiliki fungsi dan tujuan tertentu. Begitu juga dengan bimbingan dan konseling, keduanya sama-sama memiliki perspektif fungsi dan tujuan. Berikut fungsi bimbingan dan konseling secara tradisional digolongan menjadi tiga fungsi, yaitu:
1. Remedial atau Rehabilitas
Secara historis konseling lebih banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi oleh psikologi klinik dan psikistri. Peranan remedial berfokus pada masalah: a) Penyesuain diri; b) Menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi; c) Mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.
2. Fungsi Educatif/Pengembangan
Fungsi ini berfokus kepada masalah: a) Membantu meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan; b) Mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup; c) Membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan; d) Untuk keperluan jangka pendek, konseling membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan semacamnya.
3. Fungsi prefentif dan kuratif (pencegahan dan penyembuhan)
Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian, dan melakukan penyembuhan bila terjadi sakit kejiwaannya. Upaya prefentif dan kuratif meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengatasi risiko-risiko hidup yang tidak perlu terjadi.

4. Fungsi developmental atau pengembangan
Fungsi ini yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Fungsi utama konseling dalam Islam yang berhubungan dengan kejiwaan tidak dapat terpisahkan dengan masalah-masalah spiritual (keyakinan). Islam memberikan bimbingan kepada individu agar dapat kembali kepada bimbingan Alqur’an dan As Sunnah.
Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.

Jenis Layanan Konseling Islam
Jenis-jenis layanan yang ada dalam konseling Islam adalah mencakup :
1) Layanan orientasi
2) Layanan informasi
3) Konseling pernikahan dan keluarga,
4) Konseling pendidikan,
5) Konseling sosial
6) konseling karir
7) Konseling keagamaan
C. Proses Konseling
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan baik. Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien).Secara umum proses konseling dibagi atas tahapan :
1)Tahap awal konseling.
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut : (1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien. (2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. (3) Membuat penaksiran dan penjajakan. (4) Menegosiasikan kontrak
2) Tahap pertengahan (tahap kerja)
Tujuan-tujuan tahap pertengahan ini yaitu : Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu dan kepedulian klien lebih jauh. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
3). Tahap akhir konseling (tahap tindakan)
Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu : (1) Menurunnya kecemasan klien. (2) Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamik. (3) Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas. (4) Terjadinya perubahan sikap positif.
Tujuan-tujuan tahap akhir ini adalah sebagai berikut : (1) Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai. (3) Terjadinya transfer of learning pada diri klien. (4) Melaksanakan perubahan perilaku. (5) Mengakhiri hubungan konseling
Dan dalam hal proses bimbingan ini Islam memberikan perhatian. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut :

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya” (At-Tiin :4-5)

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Al-A’Raf :172)

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran:104)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)
Dari ayat-ayat di atas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa dalam proses konseling islam ini akan membawa kepada peningkatan keiman, dan ibadah kita serta jalan hidup yang di ridhoi Allah SWT.











BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a). Jadi Teori konseling dalam islam adalah landasan berpijak untuk mencapai perubahan-perubahan yang sempurna pada diri seorang konseli atau klien menuju sikap positif dalam berperasa, berperilaku dan berkeyakinan.
b). Secara umum tujuan konseling adalah membantu individu dalam mewujudkan keinginan menjadi manusia yang seutuhnya baik di dunia maupun di akhirat.
c). Secara umum proses konseling di bagi ke dalam tiga tahap yaitu tahap awal, tahap pertengahan, dn tahap akhir.
B. Pesan Dan Saran

Penulis minta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini masih jauh adari ri kesempurnaan, hal itu tidak lain karena keterbatasan kemampuan penulis sebagai seorang manusia biasa, tentunya untuk lebih meningkatkat kualitas pada makalah berikutnya penulis penuh berharap atas saran dan kritik daari para sahabat/i dan bapak ibu dosen pengampu.




DAFTAR PUSTAKA

Adz Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, 200
Arifin, Muhammad. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Golden Terayon Press: Jakarta, 2003
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2037794-bimbingan-dan-konseling-dalam-pendidikan/
http://antoniyuzar.wordpress.com/2010/05/13/bimbingan-dan-konseling/

http://www.islamicity.com/articles/Articles.asp?ref=CF0906-3865

http://arf88.blogspot.com


Selasa, 30 November 2010

MAKALAH

Perkembangan Masa Remaja

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

“Psikologi Perkembangan”

msoDCDD6

Sumarni: 210 508 029

Nur Anshor Rizal: 210 508 000

Rully Alifatul Kustian: 210 508 038

TB / PBA V

Dosen Pengampu:

Elvi Yuliani Rochmah, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PONOROGO

2010/2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam buku psikologi perkembangan yang berbeda-beda penggunaan istilah-istilah, kadang juga berbeda tetapi mempunyai pengertian yang sama atau hampir sama.

Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang member istilah: puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas (Latin), berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Ada pula yang menggunakan istilah Adulescentio (Latin) yaitu masa muda. Istilah Pubescence yang berasal dari kata pubis yang dimaksud pubishair atau rambut di sekitar kemaluan. Dengan tumbuhnya rambut itu suatu pertanda masa kanak-kanak berakhir dan menuju kematangan atau kedewasaan seksual. Dalam buku-buku di Indonesia istilah-istilah itu dipakai berganti-ganti. Agar penggunaan istilah itu tidak rancu dalam uraian ini dipakai dalam istilah remaja dengan pembagian praremaja, remaja awal dan remaja akhir.

Batasan masa remaja dari berbagai ahli memang sangat bervariasi, disini dapat diajukan batasan: Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.[1]

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah definisi Remaja?

2. Bagaimana masa-masa perkembangan remaja?

3. Bagaimanakah aspek-aspek perkembangan remaja?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Remaja

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada pada psikis dan fisiknya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drang. Disebabkan karena mereka mengalami gejolak penuh emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.[2]

Masa remaja meliputi perkembangan, pertumbuhan, dan permasalahan yang jelas berbeda dengan masa sebelumnya maupun masa sesudahnya. Apabila timbul permasalahan pribadi pada masa ini, maka sifat permasalahan memiliki cirri khas. Dengan demikian, bantuan kepada para remaja untuk menyelesaikan suatu masalah seyogyanya didasari pendekatan yang khusus dari sudut psikologi remaja [3]

Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Baru sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbada dari masa anak-anak dan masa dewasa.

Terlepas dari kesulitan untuk merumuskan definisi dan menentukan batas akhir masa remaja, tetapi kini batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun = masa remaja akhir. Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolesen.[4]

Dalam membahas definisi remaja ini, berikut dikemukakan beberapa pandangan para ahli psikologi.

a. Pandangan Biososial

Pandangan ini memfokuskan kajiannya pada hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Tokohnya adalah :

1. G. Stanley Hall

Ia berpendapat bahwa remaja adalah masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi : antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan.

2. Roger Barker

Berbeda dengan hall, Roger mendefinisikan bahwa remaja merupakanmasa transisi antara masa anak-anak dan dewasa.

b. Pandangan Relasi Interpersonal

Remaja adalah suatu periode manakala terjadi perubahan dalam hubungan dengan sosial, dalam hal ini yang menjadi tokoh dari definisi adalah :

1. George Levinger

Ia berpendapat bahwa remaja mulai mengenal minatnya terhadap lawan jenisnya, yang biasanya terjadi pada saat kontak dengan kelompok dalam berinteraksi, dengan kelompok remaja mulai teretarik dengan anggotanya.

2. Ellen Berschheid & Elaine Walster

Mereka berpendapat bahwa hubungan di antara remaja yang berbeda jenis kelamin mendorong remaja kea rah percintaan (pacaran).

c. Pandangan Sosiologis dan Antropologis

Pandangan ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak teknologfi terhadap perilaku remaja. Tokoh pendapat ini adalah :

1. Kingsley Davis

Ia berpendapat bahwa konflik antara orang tua dengan remaja merupakan ilustrasi klasik dari pandangan sosiologis.

2. Ruth Benedict

Dia berpendapat bahwa upaya mengasuh remaja sampai mampu menempati posisi dewasa secara penuh merupakan masalah pokok dalam masyarakat.

d. Pandangan Psikologis

Tokoh dari teori ni adalah Erik H. Erikson, dia berpendapat bahwa remaja bukan sebagai periode konsolidasi kepribadian, akan tetapi sebagai tahapan penting dalam siklus kehidupan.

e. Pandangan Belajar Sosial

Tokoh dari teori ini adalah :

1. Boyd McCandless

Dia berpendapat berpendapat bahwa rangsangan yang memicu atau mendorong respo-respon kebiasaan mungkin berasal dari dalam atau luar diri individulah yang membentuk kepribadian remaja dan tingkah lakunya.

2. Talcot Parson

Dia berpendapat bahwa elemen-elemen dalam masyarakat yang kompleks memberikan dampak yang kuat terhadap pola-pola tingkah laku remaja.

3. Albert Bandura

Dia berpendapat bahwabelajar mengobservasi memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku sosial- antisocial anak atau remaja.[5]

B. Masa Perkembangan Remaja

Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.

2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.

3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.

Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.

Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :

1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.

2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.

3. Membolos

4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali

5. Penyalahgunaan obat bius

6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.

C. Aspek-aspek perkembangan remaja
1. Perkembangan Fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual serta fungsi reproduksi proporsi muka.. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna dalam meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

2. Perkembangan Kognitif Dan Bahasa

a). Konsep Kecerdasan

Aspek kognitif mencakup kemampuan berfikir seseorang yang sering di sebut dengan kecerdasan (intelegensi). Witherington, mengidentifikasi beberapa perilaku intelegensi sebagai berikut: a. Kemampuan dalam menggunakan bilangan; b. Efisiensi dalam berbahasa; c. Kecepatan dalam pengamatan; d. Kemudahan dalam mengingat; e. Kemudahan dalam memahami hubungan imajinasi.[6]

b). Pengukuran Kecerdasan

kecerdasan dapat di ukur melalui tes kecerdasan, orang pertama yang melakukan tes kecerdasan ini adalah Binet yang mengukur fungsi kognitif[7], lalu tes tersebut disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut di kenal dengan tes Binet Simon atau Intelegensi Question (IQ).

Sedangkan menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001. Witherington, beberapa ciri perilaku

3. Perkembangan Kepribadian Dan Sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.[8]



[1] Sri Rumini dan Dra. Siti Sundari , Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004. Hal 53.

[2] Zulkifli L. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005. Hal 63

[3] Elvi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press 2005. Hal:179

[4] Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009. Hal 189.

[5] H. Syamsul Yusuf,Psikologi Perkembagan Anak dan Remaja, cet, ke-10. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Hal.185-190.

[7] Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Teras, 2008, Hal.145-146.

MAKALAH

Perkembangan Masa Remaja
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Psikologi Perkembangan”









Sumarni: 210 508 029
Nur Anshor Rizal: 210 508 000
Rully Alifatul Kustian: 210 508 038

TB / PBA V


Dosen Pengampu:
Elvi Yuliani Rochmah, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam buku psikologi perkembangan yang berbeda-beda penggunaan istilah-istilah, kadang juga berbeda tetapi mempunyai pengertian yang sama atau hampir sama.
Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang member istilah: puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas (Latin), berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Ada pula yang menggunakan istilah Adulescentio (Latin) yaitu masa muda. Istilah Pubescence yang berasal dari kata pubis yang dimaksud pubishair atau rambut di sekitar kemaluan. Dengan tumbuhnya rambut itu suatu pertanda masa kanak-kanak berakhir dan menuju kematangan atau kedewasaan seksual. Dalam buku-buku di Indonesia istilah-istilah itu dipakai berganti-ganti. Agar penggunaan istilah itu tidak rancu dalam uraian ini dipakai dalam istilah remaja dengan pembagian praremaja, remaja awal dan remaja akhir.
Batasan masa remaja dari berbagai ahli memang sangat bervariasi, disini dapat diajukan batasan: Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah definisi Remaja?
2. Bagaimana masa-masa perkembangan remaja?
3. Bagaimanakah aspek-aspek perkembangan remaja?



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Remaja
Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada pada psikis dan fisiknya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drang. Disebabkan karena mereka mengalami gejolak penuh emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.
Masa remaja meliputi perkembangan, pertumbuhan, dan permasalahan yang jelas berbeda dengan masa sebelumnya maupun masa sesudahnya. Apabila timbul permasalahan pribadi pada masa ini, maka sifat permasalahan memiliki cirri khas. Dengan demikian, bantuan kepada para remaja untuk menyelesaikan suatu masalah seyogyanya didasari pendekatan yang khusus dari sudut psikologi remaja
Remaja sebagai periode tertentu dari kehidupan manusia merupakan suatu konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Baru sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbada dari masa anak-anak dan masa dewasa.
Terlepas dari kesulitan untuk merumuskan definisi dan menentukan batas akhir masa remaja, tetapi kini batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun = masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun = masa remaja akhir. Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolesen.
Dalam membahas definisi remaja ini, berikut dikemukakan beberapa pandangan para ahli psikologi.
a. Pandangan Biososial
Pandangan ini memfokuskan kajiannya pada hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Tokohnya adalah :
1. G. Stanley Hall
Ia berpendapat bahwa remaja adalah masa “Strum and Drang”, yaitu sebagai periode yang berada dalam dua situasi : antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan.
2. Roger Barker
Berbeda dengan hall, Roger mendefinisikan bahwa remaja merupakanmasa transisi antara masa anak-anak dan dewasa.
b. Pandangan Relasi Interpersonal
Remaja adalah suatu periode manakala terjadi perubahan dalam hubungan dengan sosial, dalam hal ini yang menjadi tokoh dari definisi adalah :
1. George Levinger
Ia berpendapat bahwa remaja mulai mengenal minatnya terhadap lawan jenisnya, yang biasanya terjadi pada saat kontak dengan kelompok dalam berinteraksi, dengan kelompok remaja mulai teretarik dengan anggotanya.
2. Ellen Berschheid & Elaine Walster
Mereka berpendapat bahwa hubungan di antara remaja yang berbeda jenis kelamin mendorong remaja kea rah percintaan (pacaran).



c. Pandangan Sosiologis dan Antropologis
Pandangan ini menekankan studinya terhadap pengaruh norma, moral, harapan budaya dan sosial, ritual, tekanan kelompok, dan dampak teknologfi terhadap perilaku remaja. Tokoh pendapat ini adalah :
1. Kingsley Davis
Ia berpendapat bahwa konflik antara orang tua dengan remaja merupakan ilustrasi klasik dari pandangan sosiologis.
2. Ruth Benedict
Dia berpendapat bahwa upaya mengasuh remaja sampai mampu menempati posisi dewasa secara penuh merupakan masalah pokok dalam masyarakat.
d. Pandangan Psikologis
Tokoh dari teori ni adalah Erik H. Erikson, dia berpendapat bahwa remaja bukan sebagai periode konsolidasi kepribadian, akan tetapi sebagai tahapan penting dalam siklus kehidupan.
e. Pandangan Belajar Sosial
Tokoh dari teori ini adalah :
1. Boyd McCandless
Dia berpendapat berpendapat bahwa rangsangan yang memicu atau mendorong respo-respon kebiasaan mungkin berasal dari dalam atau luar diri individulah yang membentuk kepribadian remaja dan tingkah lakunya.
2. Talcot Parson
Dia berpendapat bahwa elemen-elemen dalam masyarakat yang kompleks memberikan dampak yang kuat terhadap pola-pola tingkah laku remaja.

3. Albert Bandura
Dia berpendapat bahwabelajar mengobservasi memberikan dampak yang cukup kuat terhadap tingkah laku sosial- antisocial anak atau remaja.
B. Masa Perkembangan Remaja
Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.


Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
5. Penyalahgunaan obat bius
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.
C. Aspek-aspek perkembangan remaja
1. Perkembangan Fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual serta fungsi reproduksi proporsi muka.. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna dalam meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

2. Perkembangan Kognitif Dan Bahasa
a). Konsep Kecerdasan
Aspek kognitif mencakup kemampuan berfikir seseorang yang sering di sebut dengan kecerdasan (intelegensi). Witherington, mengidentifikasi beberapa perilaku intelegensi sebagai berikut: a. Kemampuan dalam menggunakan bilangan; b. Efisiensi dalam berbahasa; c. Kecepatan dalam pengamatan; d. Kemudahan dalam mengingat; e. Kemudahan dalam memahami hubungan imajinasi.
b). Pengukuran Kecerdasan
kecerdasan dapat di ukur melalui tes kecerdasan, orang pertama yang melakukan tes kecerdasan ini adalah Binet yang mengukur fungsi kognitif , lalu tes tersebut disempurnakan oleh Theodore Simon, sehingga tes tersebut di kenal dengan tes Binet Simon atau Intelegensi Question (IQ).
Sedangkan menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001. Witherington, beberapa ciri perilaku

3. Perkembangan Kepribadian Dan Sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.